AKHIR
PENANTIAN
Namaku
Manda. Lebih lengkapnya Amarilia Bela Amanda. Sekarang aku tinggal
di
Lembang,Bandung. Aku asalnya dari Solo. Papaku
seorang kontraktor dan mamaku
seorang ibu
rumah tangga. Aku nggak punya saudara
kandung alias aku anak tunggal.
Aku suka banget
sama anak kecil. Kenapa ? karena mereka lucu,mereka menggemaskan
dan mereka masih
polos jadi gampang dikibulin. Haha. Yaaa walaupun kadang mereka
nakal,mereka
jail,mereka usil tapi menurutku itu wajar. Mereka masih anak-anak belum
tau yang mana
yang baik dan mana yang enggak. Semua yang dilakuin mereka masih
tanpa logika.
Mereka belajar dan meniru kebiasaan orang lain yang ada di sekitar mereka.
Kadang aku nggak
habis pikir sama orang tua yang tega ngebuang anaknya sendiri atau
bahkan ngebunuh
anaknya sendiri. Ckckck. Nggak punya perasaan.
Alasan
aku pindah ke Bandung gara-gara Papa dapet banyak proyek besar disana.
Awalnya papa pengen aku sama mama tetep tinggal di
Solo aja tapi aku sama mama
kasihan sama
papa kalau harus tinggal sendirian disana. Akhirnya,kita sekeluarga pindah
ke Bandung. Aku
belum pernah ke Bandung sebelumnya. Kata orang,Bandung itu Paris
Van
Java,surganya belanja. Kata orang juga di Bandung orangnya cantik-cantik cakep-
cakep. Really ?
but i don’t care about it. Niatku cuma pengen nemenin Papa aja. Papa
milih perumahan kecil
yang ada di daerah Lembang. Tempatnya indah dan jauh dari
keramaian kota.
Ada banyak bukit dan pepohonan di sana sini. Trus di setiap halaman
depan rumah ada
taman kecil yang dihiasi banyak tanaman hias. Udaranya jadi sejuk
banget. Suasana
seperti inilah yang aku harapkan. Aku butuh ketenangan. Aku ingin
melupakan semua
masalah yang telah menimpaku akhir-akhir ini. Aku ingin move on.
Aku ingin
melupakan semua tentang DIA. Aku ingin belajar mengikhlaskan
kepergiannya. Aku
tak ingin terus memikirkannya. Aku ingin menata hidupku lagi .
Jauh kau pergi
meninggalkan diriku
Disini aku merindukan dirimu
Ingin kucoba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu
Oh bintang ku
Disini aku merindukan dirimu
Ingin kucoba mencari penggantimu
Namun tak lagi kan seperti dirimu
Oh bintang ku
Mungkin lagu itu
bisa mewakili perasaanku saat ini. Perasaan duka dan kehilangan
atas kepergian
seseorang yang sangat berarti di hidupku. Dia pacar pertama sekaligus
sahabat
terbaikku. Dia yang selalu mendengarku,dia yang selalu menemaniku dan dia
yang selalu
menjagaku. Dia mengerti aku lebih dari sahabat-sahabatku. Dia yang selalu
mengingatkanku
saat aku lalai. Dia yang memberiku semangat saat aku lemah. Dia yang
pertama
membuatku jatuh cinta. Dia yang pertama membuatku merasakan rindu. Dia
yang mengajariku
arti kesetiaan. Dia yang pertama kali membuatku tersenyum bahkan
hanya saat aku
mengingat atau menyebut namanya. Bian. Ya itulah namanya. Nama yang
membuat hati ini
miris dan membuat air mata jatuh saat mendengarnya. Sekarang aku
hanya bisa
mengenang nya . Dia telah tiada. Tuhan telah mengambil hidupnya 3 bulan
yang lalu saat
dia dalam perjalanan pulang setelah mengantarkan aku. Aku tak punya
firasat apapun saat
itu. Seperti biasa setiap sore dia selalu mengantarku mengajar les.
Sebenarnyaku
merasa tidak enak jika setiap hari dia harus mengantarku. Tapi dia selalu
memaksa, dia
bilang dia tak ingin aku kenapa-napa di jalan. Padahal sebelum ada dia, aku
terbiasa berangkat-pulang
les sendiri. Aku tak pernah menyangka dia pergi secepat ini.
Dan kepergiannya
adalah karena aku. Seandainya dulu dia tidak mengantarku ke tempat
aku mengajar les
mungkin tidak akan pernah ada kejadian naas ini. Terkadang aku merasa
benci dengan
diriku sendiri. Aku tak bisa menjaga orang yang telah benar-benar
menyayangiku.
Aku malah membuatnya pergi meninggalkanku,bukan untuk waktu yang
sebentar tapi
untuk selamanya. Kini aku tak bisa
melihatnya senyumnya lagi,aku tak bisa
mendengar
tawanya,aku tak bisa merasakan kasih sayangnya. Yang ada kini hanyalah
rasa rindu yang
menyelimuti ku setiap harinya.
Aku
dan Bian sudah 2 tahun berpacaran. Kita satu sekolah dan satu kelas saat
masih SMA dulu. 3
tahun kita ada di kelas yang sama. Aku menyukainya sejak dari
pertama kali aku
melihatnya. Sejak dari kelas 1 SMA. Aku berusaha mengabaikan
perasaan itu. Aku
menganggapnya bukan sebagai perasaan cinta tapi hanya sebuah
kekaguman. Aku
hanya tertarik melihatnya. Tidak ada perasaan yang lain. Selama ini
yang aku rasakan
saat aku menyukai seseorang hanyalah menyukainya
dalam waktu
yang sesaat. Jika
sudah merasa bosan,aku tak akan memikirkannya lagi.
Seiring
berjalannya waktu, hingga kelas 3 SMA aku tetap satu kelas dengan Bian.
Dan rasa suka
yang dulu ternyata masih tetap ada. Aku masih suka memandanginya dan
jantungku selalu
berdegup lebih cepat saat aku memandangnya.Tapi aku tetap ingin
memendam perasaan
ini dan tidak terlalu memikirkannya. Karena sekarang aku hanya
ingin fokus ke
ujianku. Aku tak ingin perasaan yang seperti ini mengganggu konsentrasi
belajarku. Perasaan
apa ini ? aneh sekali. Aku tak pernah merasakannya. Saat tak bertemu
dengannya aku
merasa kangen dan saat dekat dengannya aku merasa gugup. Aku ingin
lebih dekat
dengan dia. Dia yang selalu muncul di pikiranku. Dia yang selalu aku
pikirkan.
Sungguh,ini sangat mengganggu. Aku ingin mengabaikan perasaan ini. Tapi
semakin kucoba
melupakan,semakin sering pula dia muncul di pikiranku. Ya tuhaan
bagaimana ini ?
aku tidak bisa mengusir perasaan yang sungguh sangat menggangguku
ini dan sekarang
dia malah mendekatiku. Akhir-akhir ini dia sering sekali datang ke
mejaku untuk
menanyakan materi pelajaran atau sekedar meminjam catatan. Kenapa
harus aku ? masih banyak temen yang lain yang bisa
dimintai bantuan. Bukannya aku
nggak mau bantu
dia, tapi selama ini yang aku lihat dia jarang sekali bergaul dengan anak
perempuan tapi
sekarang dia malah jadi dekaet sama aku. Apa dia sengaja bikin aku
ke GR an dan
bikin aku jadi berharap banget kalau dia bisa suka balik sama aku ? tapi kan
dia nggak tau
kalau aku suka sama dia. Eh tapi mungkin aja dia bisa nebak perasaan
orang lain dan
dia tau kalau aku suka sama dia trus dia deketin aku biar aku ke GR an.
Tapi masa’ sih
dia orangnya kayak gitu. Ahhh nggak tau lah. Pusing. Emang sih kita udah
hampir 3 tahun
satu kelas, tapi baru kali ini aku deket sama dia. Dan itu malah bikin aku
jadi mikir
ngalor ngidul nebak- nebak apa maksudnya dia deketin aku. Nggak penting
banget kan mikir
kayak gitu ? Yaudah sekarang positive
thinking aja lah. Kan bentar lagi
mau ujian,jadi
nggak salah juga bantuin temen yang lagi kesusahan ngadepin materi.
Ya kan ? Huuuuuuuuh
nyimpulin hal sesimpel itu itu aja kok jadi rumit banget ya.
Bian
minta nomer handphoneku. Aku memberinya. Dan sekarang kita sering
komunikasi lewat
SMS. Dia juga pernah main ke rumahku
buat ngembaliin buku catatan.
Nggak hanya
ngembaliin catatan,tapi di juga minta diajarin matematika. Oke, aku
menyanggupinya. Aku
sama Bian jadi makin deket. Walaupun sekarang aku udah deket
sama
dia,perasaanku ke dia tetep nggak berubah. Aku masih gugup waktu bicara sama
dia,aku suka
salting kalau lagi ada di deket dia,aku suka kangen kalau pas nggak ketemu
dia. Tapi
lagi-lagi aku harus membuang semua perasaan aneh itu,aku nggak boleh
berpikiran lagi
kalau dia deketin aku karena dia suka sama aku. Aku hanya
menganggapnya
sebagai teman. Aku ikhlas bantuin dia. Aku ingin kembali ke tujuan
awal yaitu fokus
ke ujian. Aku ingin lulus dengan nilai yang bagus.
Waktu
terus berjalan, tak terasa aku sudah melewati ujian. Dan hari ini adalah
pengumuman
kelulusan. Aku tak sabar ingin melihat hasil kerja kerasku selama ini. Aku
berteriak
kegirangan saat aku tau aku lulus. Nilai ku juga sesuai target yang aku
inginkan.
Bahkan nilaiku
melebihi target yang sudah aku susun sebelumnya. Thanks God.
Sore
harinya aku jalan-jalan ke mall bareng temen-temen buat ngerayain kelulusan
kita. Waktu kita
lagi mau makan di foodcourt tiba-tiba Bian dateng. Dia nyamperin kita.
Sumpah Bian
cakep banget. Dia pake kemeja kotak-kotak merah
yang lengannya
digulung sampe
siku trus pake celana jeans panjang. So coool. Waktu Bian mau ikutan
gabung,
tiba-tiba temen-temen pada pamit ke
kamar mandi semua. Aneh banget, ke
kamar mandinya
kok bareng-bareng. Aku pengen ikutan ke kamar mandi juga tapi nggak
dibolehin sama
mereka. Alasannya Bian nanti nggak ada yang nemenin. Yaudah aku tetep
disitu nemenin
Bian. Nggak kerasa kita udah ngobrol lama. Aku jadi inget temen-temen.
“ Temen-temen
mana sih. Ke kamar mandi aja lama banget.” gumamku.
“ Coba ditelfon
aja.” saran Bian.
Trus aku telfon
mereka. Tapi nggak ada yang mau ngangkat satu pun.
“ Nggak diangkat
semua.” kataku.
“ Emm... Kamu
belum order makanan kan disini ?” tanya Bian.
“ Belum. Kenapa
emang ?” tanyaku bingung.
“ Makan di
tempat lain aja yuk.” ajak Bian.
“ Temen-temen
gimana dong ?” tanyaku lagi.
“ Udah tinggal
aja. Lagian tadi udah kamu telfon nggak ada yang angkat kan.” kata Bian.
“ Mereka nggak
akan marah sama kamu. Kalau mereka marah aku yang tanggung
jawab. Gimana ? mau nggak ?” kata Bian
menawarkan lagi.
“ Yaudah deh.
Tapi beneran nggakpapa nih ? maksudnya,nggak ngrepotin?” tanyaku.
“ Engga lah. Kan
yang ngajak aku.” kata Bian.
“ Yaud ah ayo.” kataku.
Akhirnya
aku jalan sama Bian. Aku tak pernah menyangka aku bisa jalan bareng
Bian, orang yang
aku kagumi selama 3 tahun ini. Bian mengajakku makan di restoran
yang lumayan
mewah. Buat aku sih makan dimana aja nggak masalah. Kali ini dia nraktir
aku. Selesai
makan, aku kira dia akan mengantarkan ku pulang tapi ternyata dia
mengajakku ke
suatu daerah dimana di situ banyak sekali hamparan sawahnya.
“ Kita mau
ngapain disini ? interview petani ? observasi ? atau apa ?” tanyaku penasaran.
“ Udah,ayo ikut
aja.” kata Bian sambil menggandeng tanganku.
Bian
menggandeng tanganku. Ya tuhaaaan. Ini pertama kalinya aku gandengan
tangan sama
cowok selain papa ku tentunya. Ternyata seperti ini rasanya
digandeng sama
orang yang bener-bener kita suka. Degup jantung jadi nggak
karuan,badan
jadi dingin semua dan mungkin sekarang pipiku memerah karena malu.
Aku tak ingin
Bian melihat itu. Aku coba untuk mengendalikan degup jantungku.Aku
berjalan di
belakang Bian.. Akhirnya kita sampai juga di sebuah gubuk.
“ Kita ngapain
disini ?” tanyaku.
“ Mau nunggu
matahari tenggelam.” jawab Bian.
“ Oooh. Mau liat
sunset. Bilang dong.” kataku.
Ini udah jam 5
lebih jadi ngga butuh waktu lama buat nunggu matahari tenggelam.
Aku heran,ngajakin nonton kok nonton
matahari tenggelam. Ngajakin nonton film
di
bioskop kek atau liat festival musik. Kan seru tuh. Tapi tetap saja,apa
yang dilakukan
Bian selalu terlihat menarik untukku.
“ Kamu harus
diem. Jangan bicara apapun kecuali aku nanya ke kamu.” kata Bian
tiba-tiba.
Aku hanya
mengiyakannya. Maksudnya apa sih kok disuruh diem segala. Emang
kalau aku ngomong, mataharinya nggak jadi
tenggelam ? nggak kan ? aku jadi heran.
“ Ssssstt.” kata
Bian.
Lalu aku
menurutinya untuk diam dan tak bicara sepatah kata pun. Bian mulai bicara.
“ Di kala senja
saat matahari tenggelam ini. Aku mau bikin pengakuan ke kamu.”
Bian diam
sejenak. Aku jadi penasaran. Lalu dia melanjutkan ucapannya.
“ Aku jatuh
cinta sama kamu. Entah sejak kapan. Aku nggak tau kenapa aku suka
sama kamu. Tapi
itulah yang namanya cinta. Cinta nggak beralasan. Cinta nggak
bisa dijelaskan. Cinta selalu datang
tiba-tiba”
Aku sempat tak
percaya, ternyata Bian juga punya rasa yang sama ke aku selama
ini. Lalu dia melanjutkan lagi.
“ Aku belum
pernah jatuh cinta. Kamu yang pertama kali bisa buat aku jatuh cinta.
Aku nggak bilang ke kamu dari awal dan
baru bilang sekarang karena aku masih
nggak yakin sama perasaan aku sendiri.
Tapi setelah bertahun-tahun ternyata rasa
ini Cuma ada buat . Aku udah deketin
kamu,tapi kamu kayaknya nggak peka juga.
Mungkin aku deketin kamu di saat yang
nggak tepat. Aku nggak tau caranya ngasih tau
kalau aku sayang sama kamu selain dengan
cara ini. Emang nggak romantis,tapi cukup
bikin aku lega karena udah ngungkapin
semuanya. “
Aku berharap ini
bukan mimpi yang disaat aku bangun semuanya telah hilang.
Aku tak ingin semua yang aku dengar tadi
hanya ilusi.saja. Aku melihat Bian yang sedari
tadi menatap hamparan sawah di depannya.
Aku meraih tangan Bian lalu
menggenggamnya. Bian menatapku. Ini
bukan mimpi. Ini nyata.
“ Pasti kamu
nggak percaya kalau aku bilang aku juga udah suka kamu dari awal
aku ngliat kamu.” jelasku ke Bian.
Bian menatapku
sejenak dan tersenyum lalu kembali melihat hamparan sawah.
“ Waktu itu aku nggak mau terlalu mikirin tentang
perasaanku ke kamu. Aku
nganggep ini Cuma rasa kagum aja. Tapi
kok ternyata setelah lama kelamaan rasa itu
nggak ilang-ilang juga. Aku nggak tau
apa ini cinta atau bukan. Karena aku belum pernah
kayak gini. Aku selalu seneng waktu liat
kamu ketawa, aku selalu gugup waktu kamu
ngajak ngobrol aku,aku selalu pengen
bantuin kamu, aku selalu kangen sama kamu
walaupun kita di sekolah ketemu. Aku
rasa aku sayang sama kamu. Dan kamu juga orang
pertama yang bikin aku jatuh cinta”
Bian
hanya tertawa mendengarnya. Aku jadi malu. Lalu Bian meminta maaf
karena udah
bikin aku jadi bingung sama perasaanku dan bikin aku nunggu lama buat tau
perasaan Bian ke
aku. Aku seneng banget akhirnya Bian tau
perasaan ku yang
sebenarnya dan
aku tambah seneng lagi karena Bian juga ngrasain hal yang sama ke aku.
Really really Thanks
god.
“Yaudah.
Pulang yuk udah hampir gelap. ” ajak Bian sambil turun dari gubuk.
“ Ayo.” kataku
sambil tersenyum.
Saat turun dari gubuk aku sempat hampir
terperosok ke lumpur. Tapi untungnya Bian
cepet narik aku.
“ Hati-hati donk
sayang.” Kata Bian.
“ Ha ? Sayang ?
kapan jadian ?” tanyaku heran.
“ Kalau kita
sama-sama suka,berarti kita bisa jadian.” kata Bian santai.
“ Nggak bisa
gitu. Kamu nya kan belum nanya ke aku, aku mau nggak jadi pacar
kamu. Belum tentu juga aku mau sama
kamu.” kataku dengan mengejek.
“ Ehem.....
Manda kamu mau nggak jadi pacarku ?” tanya Bian tiba-tiba.
Aku jadi bingung
mau ngasih jawabnya gimana.
“ Udah pasti mau
kan. Yaudah yuk pulang.” kata Bian sambil jalan ninggalin aku.
“ Nyebelin banget
sih. Aku belum jawab..” Teriakku sambil mengejar Bian.
“ Aku belum jawab pertanyaan kamu tadi. Main
tinggal gitu aja. Kamu jalannya
jangan cepet-cepet.” kataku saat sudah
berhasil menyusul Bian.
Lalu Bian
membalikkan badan ke arahku.
“ Makanya jangan
kelamaan mikirnya.” Kata Bian sambil mengacak-acak
Rambut di puncak kepalaku.
“ Huh. Kan mau
ngasih jawaban yang pas. Makanya mikir dulu.” protesku.
“ Yaudah, ayo cepet dikit jalannya.” kata Bian
sambil menggandeng tanganku.
Ya seperti itulah
awalnya kita bisa jadian dan pacaran. Senja di kala itu menjadi
saksi pertemuan
cintaku dengan Bian. Sungguh indah warna langit di kala senja,seindah
dirinya yang
kini bersamaku. Dia setia banget ternyata orangnya. Walaupun kita beda
kampus tapi dia
tetep setia sama aku. I’m so lucky get boy like him. Waktu Bian ada
waktu kosong,Bian
pasti jemput aku di sekolah. Padahal kampusku sama kampus dia
jaraknya jauh.
Tiap sore kalau aku ada jadwal ngajar les,dia juga yang anterin aku.
Awalnya aku
ngajar les buat ngisi waktu yang kosong habis ujian aja trus lama-lama jadi
ketagihan.
Sampai aku kuliah pun aku tetep ngajar les. Aku ngajar matematika sama
kimia. Yaaa
lumayan lah buat nambah uang jajan. Tiap malam minggu Bian ngajak aku
jalan. Entah
sekedar puter-puter kota Solo atau cari makan. Trus hari minggunya kadang
kita belajar
bareng. Bian emang bener-bener pacar yang seru. Udah banyak keseruan yang
kita alami
berdua. Mulai dari nonton film-film lucu di bioskop,hunting barang-barang
yang lucu,photobox
dengan gaya yang konyol,nyobain kuliner di Solo,naik bom bom
car,naik komedi
putar di pasar malem,cfd naik sepeda berdua di Jalan Slamet
Riyadi,hunting
tempat- tempat yang bagus buat foto,belajar bareng di balcon rumah
sambil ngliat
bintang, main kembang api sepuasnya waktu tahun baru,sampai liat
matahari
tenggelam waktu senja tiba. Dan masih banyak kenangan indah yang lain.
Semua
itu sekarang tak dapat ku rasakan lagi. Bian udah pergi. Aku kesepian. Aku
kangen sama
dia. “ Bian,tolong aku. Aku kesepian
disini. Aku sendirian disini. Aku
kangen sama
kamu. Kamu balik ke sini ya. Aku butuh kamu. Ayo kita belajar lagi di
balcon rumah
sambil ngliatin bintang. Ayo kita naik komedi putar. Ayo beli nasi liwet
kesukaan
kamu,aku yang bayar deh. Bian,aku kangen kamu. Aku pengen kamu disini.”.
Seperti itulah
setiap malamnya aku selalu merindukan Bian. Aku selalu berbicara dengan
bayangannya. Aku
sudah seperti orang gila.
“ Bian,maafin
aku ya. Aku udah bikin kamu pergi. Oiya,kamu tau nggak,mama
kamu sekarang benci banget sama aku.
Gimana nggak benci,aku yang udah bikin kamu
meninggal. Dia marah-marah ke aku.
Padahal aku nggak pernah niat buat bikin kamu
pergi. Nggak Cuma mama kamu,aku juga
kehilangan kamu banget. Hidupku sekarang
berantakan tanpa kamu. Oiya,Aku ngrasa
beruntung banget bisa jadi sahabat sekaligus
pacar kamu. Udah 2 tahun kita pacaran
dan kamu udah buat banyak kenangan indah. Apa
di luar sana ada ya orang yang kayak
kamu? Kayaknya nggak ada deh. Kamu kan
manusia langka. Aku masih inget waktu awal kita jadian. Kamu
keliatan jujur banget.
keliatan tulus banget waktu ngungkapin
perasaan ke aku. Aku jadi yang pertama buat
kamu,kamu juga jadi yang pertama buat
aku. sampai sekarang aku masih sering
liat
matahari tenggelam lho. Soalnya itu
ngingetin aku sama kamu. Ngingetin hari waktu kita
jadian. Aku juga ngrasain ada kamu di
samping aku.” itulah yang selalu aku lakukan
setiap malam. Aku melihat foto Bian lalu
menceritakan apa yang sedang aku rasakan
ke Bian. Semua hal aku ceritakan ke Bian
hingga akhirnya aku lelah dan tertidur. Aku
yakin Bian pasti mendengarnya dari
surga.
Aku
telah meninggalkan Kota Solo,kota yang di setiap sudut tempatnya
menyimpan
kenangan tentang aku dan Bian. Aku berharap aku bisa jadi lebih tenang
dengan pindah ke
Bandung. Bukannya aku pengen nglupain Bian,hanya aku ingin menata
mood ku lagi.
Aku ingin kembali ke kehidupan ku yang semula dimana aku tak mengenal
Bian. Aku juga
yakin,di surga sana Bian pasti sedih saat tau aku belum megikhlaskan
kepergiannya.
Bian akan tinggal di hatiku selamanya bahkan saat suatu saat nanti aku
sudah menemukan
penggantinya. Dia dan kenangannya akan tersimpan rapi dalam
memoriku. Suatu
saat aku akan membuka kembali memori itu untuk mengenang bahwa
aku pernah jadi
orang yang beruntung bisa mengenal dan memiliki hatinya.
“Bian,tenanglah kamu disana. Tetaplah jadi Pangeran senja
ku. Aku sudah bisa tersenyum untukmu sekarang.”